Seorang perempuan renta berdiri di pinggir jalan seberang pasar tradisional
Berkebaya usang, berbalut kerudung yang juga usang
Tangannya gemetar, mulutnya tak henti menyapa setiap orang yang lewat di depannya
Dia menghampiriku dan berkata “Nak beri sedikit uang untuk beli pil, badan saya mengigil”
Dalam hati aku bertanya, kemana suaminya, kemana anak-anaknya?
Di mana sanak familinya? Di mana negara dan para pemimpinnya?
Aku yakin masih berpuluh ribu banyaknya perempuan renta seperti nya
Yang harus bertahan hidup seorang diri, berharap belas kasih orang lain
Ditinggalkan suami dan keluarganya
Ditinggalkan Negara dan janji-janji busuk pemimpinnya
Aku teringat kau kawan, ingat segala yang telah kau lakukan untuk mereka
Ternyata pekerjaan kita masih banyak, jalan kita masih panjang…
Aku bertemu seorang perempuan setengah baya dengan mata sembab dan wajah kebiruan
Dia bercerita kepadaku, “saya baru saja digebuki suami, gara-gara kopi yang saya hidangkan terlalu pahit rasanya”
Dalam hati aku bertanya, kemana larinya nurani?
Benarkah suami berhak memukul istri sekehendak hati?
Benarkah perempuan harus selalu tunduk sujud kepada suami selain Tuhan?
Aku yakin masih berpuluh ribu banyaknya perempuan teraniaya seperti nya
Rela menahan segala rasa demi mempertahankan dinding rumah tangganya
Diabaikan, dicaci maki dan ditelantarkan, bahkan deritannya dianggap wajar oleh sebagian orang
Aku teringat kau kawan, ingat segala yang telah kau perjuangkan untuk mereka
Ternyata pekerjaan kita masih banyak, jalan kita masih panjang…
Seorang perempuan menahan tumpahan airmata saat mengetahui suaminya beristri lagi
Dia menjawab tanyaku, “semua perempuan pasti merasakan hal yang sama kalau diperlakukan seperti itu”
Dalam hati aku bertanya, benarkah laki-laki berhak beristri sekehendak hati?
Benarkah Tuhan membedakan derajat umatnya karena hanya karena berbeda kelamin?
Aku yakin masih berpuluh ribu banyaknya perempuan yang senasib sama seperti nya
Aku masih kerap mendengar narasi-narasi berdalih agama yang memantapkan niat laki-laki berpoligami
Bahwa itu direstui Tuhan, bahwa surga lah balasan bagi istri yang rela berbagi
Aku teringat kau kawan, ingat segala yang telah kau upayakan untuk mendobrak pemahaman ini
Ternyata pekerjaan kita masih banyak, jalan kita masih panjang…
Jakarta, 8 September 2012
Berkebaya usang, berbalut kerudung yang juga usang
Tangannya gemetar, mulutnya tak henti menyapa setiap orang yang lewat di depannya
Dia menghampiriku dan berkata “Nak beri sedikit uang untuk beli pil, badan saya mengigil”
Dalam hati aku bertanya, kemana suaminya, kemana anak-anaknya?
Di mana sanak familinya? Di mana negara dan para pemimpinnya?
Aku yakin masih berpuluh ribu banyaknya perempuan renta seperti nya
Yang harus bertahan hidup seorang diri, berharap belas kasih orang lain
Ditinggalkan suami dan keluarganya
Ditinggalkan Negara dan janji-janji busuk pemimpinnya
Aku teringat kau kawan, ingat segala yang telah kau lakukan untuk mereka
Ternyata pekerjaan kita masih banyak, jalan kita masih panjang…
Aku bertemu seorang perempuan setengah baya dengan mata sembab dan wajah kebiruan
Dia bercerita kepadaku, “saya baru saja digebuki suami, gara-gara kopi yang saya hidangkan terlalu pahit rasanya”
Dalam hati aku bertanya, kemana larinya nurani?
Benarkah suami berhak memukul istri sekehendak hati?
Benarkah perempuan harus selalu tunduk sujud kepada suami selain Tuhan?
Aku yakin masih berpuluh ribu banyaknya perempuan teraniaya seperti nya
Rela menahan segala rasa demi mempertahankan dinding rumah tangganya
Diabaikan, dicaci maki dan ditelantarkan, bahkan deritannya dianggap wajar oleh sebagian orang
Aku teringat kau kawan, ingat segala yang telah kau perjuangkan untuk mereka
Ternyata pekerjaan kita masih banyak, jalan kita masih panjang…
Seorang perempuan menahan tumpahan airmata saat mengetahui suaminya beristri lagi
Dia menjawab tanyaku, “semua perempuan pasti merasakan hal yang sama kalau diperlakukan seperti itu”
Dalam hati aku bertanya, benarkah laki-laki berhak beristri sekehendak hati?
Benarkah Tuhan membedakan derajat umatnya karena hanya karena berbeda kelamin?
Aku yakin masih berpuluh ribu banyaknya perempuan yang senasib sama seperti nya
Aku masih kerap mendengar narasi-narasi berdalih agama yang memantapkan niat laki-laki berpoligami
Bahwa itu direstui Tuhan, bahwa surga lah balasan bagi istri yang rela berbagi
Aku teringat kau kawan, ingat segala yang telah kau upayakan untuk mendobrak pemahaman ini
Ternyata pekerjaan kita masih banyak, jalan kita masih panjang…
Jakarta, 8 September 2012